Kamis, 16 November 2017

Perkembangan Teori Fraud


Pengertian Fraud

Beberapa Pengertian Fraud
1.    Kesengajaan atas salah pernyataan terhadap suatu kebenaran atau keadaan yang disembunyikan dari sebuah fakta material yang dapat mempengaruhi orang lain untuk melakukan perbuatan atau tindakan yang merugikannya, biasanya merupakan kesalahan namun dalam beberapa kasus (khususnya dilakukan secara disengaja) memungkinkan merupakan suatu kejahatan.
2.     Penyajian yang salah/keliru (salah pernyataan) yang secara ceroboh/ tanpa perhitungan dan tanpa dapat dipercaya kebenarannya berakibat dapat mempengaruhi atau menyebabkan orang lain bertindak atau berbuat.
3.   Suatu kerugian yang timbul sebagai akibat diketahui keterangan atau penyajian yang salah (salah pernyataan), penyembunyian fakta material, atau penyajian yang ceroboh/tanpa perhitungan yang mempengaruhi orang lain untuk berbuat atau bertindak yang merugikannya.


Secara sederhana, fraud adalah kesalahan yang disengaja atau dapat diartikan sebagai kecurangan.

Dalam tulisan ini dijelaskan secara singkat perkembangan teori fraud.

Fraud Triangle Theory
Konsep segitiga fraud pertama kali diperkenalkan oleh Donald Cressey pada tahun 1953. Cressey mewawancarai fraudster yang didakwa melakukan fraud. Kesimpulan dari wawancara tersebut adalah bahwa setiap tindakan fraud memiliki tiga kesamaan, yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi (rationalization).


  • Tekanan (Pressure), yaitu dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud.
  • Kesempatan (Opportunity), yaitu peluang atau kesempatan yang dapat kita pahami sebagai situasi dan kondisi yang ada pada setiap orang atau individu. Situasi dan kondisi tersebut memungkinkan seseorang bisa berbuat atau melakukan kegiatan yang memungkinkan fraud terjadi.
  • Rasionalisasi (Rationalization), yaitu melakukan pembenaran atas tindakan yang sudah dilakukannya. 
Dari penelitian triangle fraud, banyak berkembang teori baru penyebab fraud yang disesuaikan dengan perkembangan fraud, antara lain :

Fraud Scale Theory



Menurut teori fraud scale, penyebab terjadinya fraud sama dengan teori fraud triangle. Teori ini merupakan teori lanjutan dari teori segitiga fraud. Dalam scale dijelaskan bahwa kemungkinan tindakan penipuan dapat dinilai dengan mengevaluasi kekuatan tekanan, kesempatan dan integritas pribadi. Tekanan yang tinggi, kesempatan besar dan integritas pribadi rendah memungkinkan resiko terjadinya fraud tinggi. Sebaliknya tekanan yang rendah, kesempatan kecil, dan integritas pribadi tinggi menyebabkan resiko terjadinya fraud rendah.

GONE Theory
            GONE merupakan sebuah singkatan. Teori ini dikemukakan oleh Jack Bologne. Terdapat empat faktor yang mendorong terjadinya fraud, yaitu :
  • Greed (ketamakan/keserakahan) adalah keinginan untuk selalu memperoleh sebanyak-banyaknya (KBBI Daring, 2008). Ketamakan sangat berhubungan dengan moral seorang individu.
  • Opportunity (kesempatan/peluang) merupakan suatu keadaan yang bisa datang kapan saja. Selain itu, peluang sangat bergantung pada tingkat kedudukan jabatan seseorang. Semakin tinggi jabatan seseorang, semakin besar peluangnya melakukan kecurangan.
  • Need (kebutuhan) dapat menjadi faktor penyebab tindak kecurangan saat kebutuhan seseorang (dapat dikatakan) sangat mendesak. Tuntutan akan pemenuhan kebutuhan inilah yang kemudian menjadikan seseorang untuk mengambil jalan pintas dengan bertindak curang.
  • Exposure (pengungkapan) berkaitan dengan hukuman pelaku fraud. Dengan terungkapnya suatu kecurangan dalam perusahaan tidak menutup kemungkinan terulangnya hal yang sama apabila hukuman atau saksi yang diberikan lemah dan tidak menimbulkan sifat jera.
Greed dan Need sering disebut sebagai faktor individu, sedangkan opportunity dan exposure disebut sebagai faktor generik atau umum.

Fraud Diamond Theory


            Teori ini menunjukkan hubungan antara empat elemen pengembangan dari fraud triangle. Adapun nilai-nilai yang dikembangkan, antara lain :
  1. Adanya posisi atau fungsi otoritas dalam organisasi
  2. Kapasitas untuk memahami sistem akuntansi dan mengeksploitasi kelemahan intern dan memungkinkan untuk meningkatkan tanggung jawab dan wewenang penyalahgunaan.
  3. Keyakinan  mengenai pendeteksian kecurangan, serta kemampuan untuk memecahkan permasalahan fraud serta tindak lanjutnya.
  4. Kemampuan untuk menangani stres yang timbul di dalam kasus fraud

    Secara sederhana, perbedaannya dengan fraud tiangle adalah faktor pressure (tekanan) yang diganti dengan incentive (insentif) dan adanya penambahan faktor capability (kemampuan). Seseorang bisa melakukan fraud apabila memiliki kemampuan untuk melihat celah sebagai kesempatan dan mengambil keuntungan dari hal itu.

Fraud Pentagon Theory


            Teori ini dikemukakan oleh Crowe Howarth pada tahun 2011. Teori ini merupakan perluasan dari teori segitiga fraud. Dalam teori ini di tambahkan dua penyebab terjadinya fraud yaitu kompetensi (cpmpetence) dan arogansi (arrogance). Kompetensi memiliki makna serupa dengan kemampuan (capability) yang ada dalam teori fraud diamond. Kompetensi dan kapabilitas merupakan kemampuan seseorang untuk mengabaikan kontrol internal, mengembangkan strategi penyembunyian, dan mengontrol situasi sosial untuk keuntungan pribadinya. Sedangkan arogansi adalah sikap superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa bahwa kontrol atau kebijakan internal tidak berlaku untuk dirinya.

Sumber dan Referensi :
Dorminey, Jack. 2012. The Evolution of Fraud Theory. Issues in Accounting Education. American Accounting Association.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar